Rabu, 19 November 2014

7 TEKNOLOGI KUNO DI INDONESIA DI MASA NENEK MOYANG

1. Borobudur
7 Teknologi Kuno di Indonesia | Masa Nenek Moyang
Borobudur adalah candi yang diperkirakan mulai dibangun sekitar 824 M oleh Raja  Mataram bernama Samaratungga dari wangsa Syailendra. Borobudur merupakan bangunan candi yang sangat megah. Tidak dapat dibayangkan  bagaimana nenek moyang kita membangun Borobudur yang demikian berat  dapat berdiri kokoh dengan tanpa perlu memakukan ratusan paku bumi untuk mengokohkan pondasinya, tak terbayangkan pula bagaimana batu-batu yang  membentuk Borobudur itu dibentuk dan diangkut ke area pembangunan di atas bukit.

Bahkan dengan kecanggihan yang ada pada masa kini, sulit membangun sebuah candi yang mampu menyamai candi Borobudur.  Borobudur juga mengadopsi Konsep Fraktal. Fraktal adalah bentuk geometris yang memiliki elemen-elemen yang mirip dengan bentuknya secara keseluruhan. Candi borobudur sendiri adalah stupa raksasa yang di dalamnya terdiri dari  stupa-stupa lain yang lebih kecil. Terus hingga ketidakberhinggaan.  Sungguh mengagumkan nenek moyang kita sudah memiliki pengetahuan seperti itu. Bangunan Candi Borobudur benar-benar bangunan yang luar biasa.
2. Kapal Jung Jawa
7 Teknologi Kuno di Indonesia | Masa Nenek Moyang
Jauh sebelum Cheng Ho dan Columbus, para penjelajah laut Nusantara sudah  melintasi sepertiga bola dunia. Meskipun sejak 500 tahun sebelum Masehi orang-orang China sudah mengembangkan beragam jenis kapal dalam berbagai ukuran, hingga abad VII kecil sekali peran kapal China dalam pelayaran  laut lepas.

Dalam catatan perjalanan keagamaan I-Tsing (671-695 M) dari Kanton ke Perguruan Nalanda di India Selatan disebutkan bahwa ia menggunakan kapal Sriwijaya, negeri yang ketika itu menguasai lalu  lintas pelayaran di "Laut Selatan".

Pelaut Portugis yang menjelajahi samudera pada pertengahan abad ke-16 Diego de Couto dalam  buku Da Asia, terbit tahun 1645 menyebutkan, orang Jawa lebih dulu  berlayar sampai ke Tanjung Harapan, Afrika, dan Madagaskar. Ia mendapati penduduk Tanjung Harapan awal abad ke-16 berkulit cokelat  seperti orang Jawa. "Mereka mengaku keturunan Jawa," kata Couto,  sebagaimana dikutip Anthony Reid dalam buku Sejarah Modern Awal Asia Tenggara.

Berdasarkan relief kapal di Candi Borobudur membuktikan bahwa sejak dulu nenek moyang kita telah menguasai teknik pembuatan  kapal. Kapal Borobudur telah memainkan peran utama dalam segala hal  dalam bahasa Jawa pelayaran, selama ratusan ratus tahun sebelum abad  ke-13. Memasuki abad ke-8 awal, kapal Borobudur digeser oleh Jung besar Jawa, dengan tiga atau empat layar sebagai Jung. Kata "Jung"  digunakan pertama kali dalam perjalanan biksu Odrico jurnal, Jonhan de Marignolli, dan Ibn Battuta berlayar ke Nusantara, awal abad ke-14.

Mereka memuji kehebatan kapal Jawa raksasa sebagai penguasa laut Asia  Tenggara. Teknologi pembuatan Jung tak jauh berbeda dari karya kapal  Borobudur; seluruh badan kapal dibangun tanpa menggunakan paku. Disebutkan, jung Nusantara memiliki empat tiang layar, terbuat dari papan berlapis  empat serta mampu menahan tembakan meriam kapal-kapal Portugis.

Bobot Pengunjung rata-rata sekitar 600 ton, melebihi kapal perang Portugis. pengunJung terbesar dari Kerajaan Demak bobotnya mencapai 1.000 ton yang digunakan  sebagai pengangkut pasukan Nusantara untuk menyerang armada Portugis di  Malaka pada 1513. Bisa dikatakan, kapal jung Nusantara ini disandingkan  dengan kapal induk di era modern sekarang ini.
3. Keris
7 Teknologi Kuno di Indonesia | Masa Nenek Moyang
Teknologi logam sudah lama berkembang sejak awal masehi di nusantara. Para empu  sudah mengenal berbagai kualitas kekerasan logam. Keris memiliki  teknologi penempaan besi yang luar biasa untuk ukuran masyarakat di masa lampau. Keris dibuat dengan teknik penempaan, bukan dicor. Teknik penempaan disertai pelipatan berguna untuk mencari kemurniaan  besi, yang mana pada waktu itu bahan-bahan besi masih komposit dengan 
materi-materi alam lainnya.

Keris yang mulanya dari lembaran besi yang dilipat-lipat hingga kadang sampai ribuan kali lipatan sepertinya akan tetap senilai dengan prosesnya yang unik, menarik dan sulit. Perkembangan teknologi tempa tersebut mampu menciptakan satu teknik  tempa Tosan Aji ( Tosan = besi, Aji = berharga). Pemilihan akan batu meteorit yang mengandung unsur titanium sebagai bahan keris, juga  merupakan penemuan nenek moyang kita yang mengagumkan. Titanium lebih dikenal sebagai bahan terbaik untuk membuat keris karena sifatnya ringan namun sangat kuat.

Kesulitan dalam membuat keris dari bahan titanium adalah titik leburnya yang mencapai 60 ribu derajat celcius,  jauh dari titik lebur besi, baja atau nikel yang berkisar 10 ribu  derajat celcius. Titanium ternyata memiliki banyak keunggulan dibandingkan jenis unsur logam lainnya. Unsur titanium itu keras, kuat,  ringan, tahan panas, dan juga tahan karat.

Unsur logam titanium baru ditemukan sebagai unsur logam mandiri pada sekitar tahun 1940, dan  logam yang kekerasannya melebihi baja namun jauh lebih ringan dari besi. Dalam peradaban modern sekarang, titanium dimanfaatkan orang untuk  membuat pelapis hidung pesawat angkasa luar, serta ujung roket dan  peluru kendali antar benua.
4. Benteng Keraton Buton
7 Teknologi Kuno di Indonesia | Masa Nenek Moyang
Di Buton, Sulawesi Tenggara ada Benteng yang dibangun di atas bukit seluas kurang lebih 20,7 hektar. Benteng yang merupakan bekas ibukota Kesultanan Buton ini memiliki bentuk arsitek yang cukup unik, terbuat  dari batu kapur.

Benteng yang berbentuk lingkaran ini memiliki panjang keliling 2.740 meter. Benteng ini memiliki 12 pintu gerbang dan  16 pos jaga / kubu pertahanan (bastion) yang dalam bahasa setempat  disebut baluara. Tiap pintu gerbang (lawa) dan baluara dikawal 4-6 meriam. Jumlah meriam seluruhnya 52 buah. Pada pojok kanan sebelah  selatan terdapat godana-oba (gudang mesiu) dan gudang peluru di sebelah  kiri.

Letaknya pada puncak bukit yang cukup tinggi dengan lereng yang cukup terjal memungkinkan tempat ini sebagai tempat pertahanan  terbaik di zamannya. Benteng ini menunjukkan betapa hebatnya ahli  bangunan nenek moyang kita dalam membuat teknologi bangunan untuk  pertahanan.
5. Si Gale gale
7 Teknologi Kuno di Indonesia | Masa Nenek Moyang
Orang Toba Batak Sumatra utara pada zaman dahulu sudah bisa membuat robot  tradisional yang dikenal dengan sebutan si gale-gale. Boneka ini  menguasai sistem kompleks tali yang dibuat sedemikian rupa. Melalui tali yang ditarik ulur inilah boneka itu dapat membungkuk dan menggerakan  "tangannya" sebagai mana layaknya orang menari.

Menurut cerita, Seorang Raja dari Suku Karo di Samosir membuat patung dari kayu untuk  mengenang anak satu-satunya yang meninggal dunia. Patung kayu tersebut  dapat menari-nari yang digerakkan oleh beberapa orang. Sigale - gale  dimainkan dengan iringan musik tradisional khas Batak. Boneka yang tingginya mencapai satu setengah meter tersebut diberi kostum  tradisional Batak. Bahkan semua gerak-geriknya yang muncul selama  pertunjukan menciptakan kesan-kesan dari contoh model manusia.

Kepalanya bisa diputar ke samping kanan dan kiri, mata dan lidahnya dapat  bergerak, kedua tangan bergerak seperti tangan-tangan manusia yang  menari serta dapat menurunkan badannya lebih rendah seperti jongkok waktu menari. Si gale-gale merupakan bukti bahwa nenek moyang kita sudah dapat membuat boneka mekanikal atau robot walau dalam bentuk  yang sederhana. Robot tersebut diciptakan untuk dapat meniru gerakan  manusia.
6. Pengindelan Danau Tasikardi, Banten 
7 Teknologi Kuno di Indonesia | Masa Nenek Moyang
Nenek moyang kita ternyata sudah mengembangkan teknologi penyaringan air  bersih. Sekitar abad ke16-17 Kesultanan Banten telah membangun Bangunan  penjernih air untuk menyaring air yang berasal dari Waduk Tasikardi ke  Keraton Surosowan. Proses penjernihannya tergolong sudah maju. Sebelum masuk ke Surosowan, air yang kotor dan keruh dari Tasik Ardi  disalurkan dan disaring melalui tiga bangunan bernama Pengindelan Putih, Abang, dan Emas.

Di tiap pengindelan ini, air diproses dengan mengendapkan dan menyaring kotoran. Air selanjutnya mengalir ke  Surosowan lewat serangkaian pipa panjang yang terbuat dari tanah liat  dengan diameter kurang lebih 40 cm. Terlihat sekali bahwa pada masa tersebut sudah mampu menguasai teknologi pengolahan air keruh menjadi air layak pakai. Danau Tasik Ardi sendiri merupakan danau buatan. Sebagai situs sejarah, keberadaan danau ini adalah bukti kegemilangan peradaban Kesultanan Banten pada masa lalu. Untuk ukuran saat itu, membuat waduk atau danau buatan untuk mengairi areal pertanian dan memenuhi kebutuhan pasokan air bagi penduduk merupakan terobosan yang cemerlang.
7. Karinding
7 Teknologi Kuno di Indonesia | Masa Nenek Moyang
Ternyata nenek moyang dan leluhur kita mempunyai suatu alat musik tiup  tradisional yang berfungsi sebagai hiburan sekaligus pengusir hama. Alat musik dari Sunda ini terbuat dari pelepah kawung atau bambu berukuran  20 x 1 cm yang dipotong menjadi tiga bagian yaitu bagian jarum tempat  keluarnya nada (disebut cecet ucing atau ekor kucing), pembatas jarum,  dan bagian ujung yang disebut panenggeul (pemukul). Jika bagian panenggeul dipukul, maka bagian jarum akan bergetar dan ketika  dirapatkan ke rongga mulut, maka akan menghasilkan bunyi yang khas.

Alat ini bukan cuma untuk menghibur tapi juga ternyata berfungsi mengusir  hama di kebun atau di ladang pertanian. Suara yang dihasilkan oleh  karinding ternyata menghasilkan gelombang low decibel yang menyakitkan  hama sehingga mereka menjauhi ladang pertanian. Frekuensi suara yang dikeluarkan oleh alat musik tersebut menyakitkan bagi hama  tersebut, atau bisa dikatakan frekuensi suaranya melebihi dari rentang  frekuensi suara hama tersebut, sehingga hama tersebut akan panik dan  terganggu konsentrasinya.

Kecanggihan Karinding sebagai bukti bahwa nenek moyang kita sejak dulu sudah mampu menciptakan alat yang  menghasilkan gelombang suara. Ini adalah alat mengusir hama yang aman  bagi lingkungan. Dibutuhkan perhitungan yang teliti untuk menciptakan alat musik seperti itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar